Tembang Gambuh Dengan Penjelasan, Contoh, dan Makna Lengkap Terjemahan

Tembang Gambuh Dengan Penjelasan, Contoh, dan Makna Lengkap Terjemahan

Table of Contents

Tembang Gambuh: Penjelasan, Contoh, dan Makna Lengkap Terjemahan

Salam budaya, kali ini saya akan memberikan penjelasan tembang gambuh, lengkap dengan penjelasan, serta contoh tembang gambuh, dengan tema kehidupan, kerukunan dan pendidikan. Isi tembang dalam contoh yang saya buat adalah murni lirik atau cakepan ciptaan saya sendiri.Berikut ini adalah uraian penuh komplit dengan guru lagu, dan watak.

Gambuh lengkap penjelasan makna dan contoh

Pendahuluan

Dalam khazanah sastra Jawa, tembang macapat merupakan warisan luhur yang bukan hanya sekadar puisi berirama, tetapi juga mengandung filsafat hidup yang mendalam. Setiap jenis tembang macapat memiliki watak, aturan, dan suasana rasa yang berbeda. Salah satu tembang yang terkenal karena kelembutan dan kedalamannya adalah Tembang Gambuh.

Kata gambuh sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “cocog”, “nyawiji”, atau “rukun”. Maka, tembang ini sering dimaknai sebagai gambaran tentang keselarasan hidup, kerukunan antarmanusia, dan keseimbangan antara cipta, rasa, serta karsa.


Asal dan Paugeran Tembang Gambuh

Tembang Gambuh merupakan bagian dari dua belas jenis macapat klasik. Dalam sistem tradisional, setiap tembang memiliki paugeran, yaitu aturan atau ketetapan panjang pendek larik (guru gatra), jumlah suku kata (guru wilangan), dan bunyi vokal akhir (guru lagu).

Adapun paugeran tembang Gambuh adalah sebagai berikut:

  • Guru gatra: 5 larik
  • Guru wilangan: 7, 10, 12, 8, 8
  • Guru lagu: u, u, i, u, o

Dengan demikian, pola dasar lengkapnya adalah: (7u, 10u, 12i, 8u, 8o).

Pola ini menjadikan tembang Gambuh memiliki karakter lembut, mengalun halus, dan menyiratkan rasa tenteram. Karena itulah, sering digunakan untuk menyampaikan ajaran luhur, wejangan, maupun nasihat kehidupan namun tetap dalam suasana damai.


Watak dan Filosofi Tembang Gambuh

Secara filosofis, tembang Gambuh menggambarkan proses tahap kedewasaan batin seseorang. Setelah manusia melalui pergulatan hidup dengan pengalaman, dari perjuangan, kegelisahan, dan pencarian makna, bahkan jati diri. Hal ini mengarah pada kesadaran akan pentingnya kerukunan, keikhlasan, dan kasih sayang universal.

Gambuh mengajak manusia untuk:

  • Menyatukan diri dengan sesama tanpa pamrih.
  • Menerima perbedaan dengan hati lapang.
  • Menjalani laku sabar, jujur, dan andhap asor.

Dalam tradisi Jawa, tembang ini sering untuk menggambarkan suasana tresna sejati (cinta yang tulus), paseduluran sejati (persaudaraan sejati), dan katentreman rasa (kedamaian batin).


Contoh dan Makna Tembang Gambuh

Berikut tiga contoh tembang Gambuh yang disusun dengan mematuhi paugeran resmi (7u, 10u, 12i, 8u, 8o) dan dibagi menjadi tiga tema besar: Kehidupan, Kerukunan, dan Pendidikan.

1. Tema Kehidupan  

Judul "Rahayu"

Gambuh piwulang tuhu (7u)

Ngudi laku kanthi ati tuhu (10u)

Ora kepincut ing kamulyan dumadi (12i)

Yèn wus mantuk marang pangku (8u)

Mugi rahayu ing tresno (8o)


Terjemahan:

Gambuh adalah ajaran baik

Melalui perjalanan dengan hati ikhlas

Tidak tergoda jabatan dunia

Ketika sudah tiada

Harapan keselamatan dan cinta


Makna

Tembang ini mengandung harapan agar setiap orang mampu menjalani laku hidup dengan hati yang tulus. Kehidupan sejati tidak bergantung pada kemuliaan atau harta benda, melainkan pada kesucian perilaku dan keikhlasan niat. Seseorang yang telah memahami makna hidup akan kembali kepada Sang Pencipta dengan penuh rahayu, senantiasa dipenuhi kasih dan ketulusan sejati. Kata rahayu di sini tidak sekadar berarti selamat, tetapi juga menggambarkan keadaan batin yang tenteram bebas dari kegelisahan, tidak terburu nafsu, dan selalu ingat pada asal serta tujuan hidupnya.


2. Tema Kerukunan 

Judul "Rukun"

Rukun nyawiji tuhu (7u)

Andhap asor tepa slira kudu (10u)

Aja gendung sira, aja sumbar ati (12i)

Kang cetha, patrap laku (8u)

Marmané tentreming roso (8o)


Terjemahan:

Rukun dan bersatu

rendah hati dan sopan

Jangan sombong lahir batin

Berjalan dengan kebenaran

Maka akan membuat hati tentram


Makna

Tembang ini merupakan ajaran tentang pentingnya hidup rukun dalam masyarakat. Seseorang yang mampu bersatu dan hidup harmonis adalah orang yang memahami tata krama. Sifat rendah hati dan tenggang rasa menjadi landasan utama dalam menjaga kerukunan.

Ada nasihat penting di dalamnya: jangan angkuh (gendung sira) dan jangan sombong hati (sumbar ati). Dengan tindakan yang jelas dan benar, seseorang akan memperoleh ketenangan batin — tentreming roso.

Tembang ini sangat relevan bagi masyarakat masa kini, ketika persaudaraan sering retak karena ego dan kepentingan pribadi. Mengajak ke arah positif kepada kita untuk kembali pada rasa kesatuan dan kebersamaan tanpa membeda-bedakan siapa pun.


3. Tema Pendidikan  

Judul "Sinau"

Sinau kudu laku (7u)

Guru lan ilmu ngasah budi ku (10u)

Ilmu tanpa budi mung dadi bilahi (12i)

Ngugemi pitutur guru (8u)

Ngudi kawruh mbangun projo (8o)


Terjemahan

Belajar disertai dengan praktek

Guru dan ilmu adalah sarana mengasah kepintaran

Ilmu tanpa kepandaian tidak sempurna

Ingat selalu pesan guru

Mencari pengetahuan membangun negara


Makna 

Tembang ini mengandung ajaran luhur tentang makna pendidikan sejati. Ungkapan “Sinau kudu laku” berarti belajar tidak cukup hanya dengan berpikir, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Ilmu yang tidak disertai dengan budi pekerti hanya akan membawa kehancuran atau malapetaka (bilahi).

Setiap murid harus memegang teguh nasihat gurunya, karena guru adalah cahaya yang menerangi kegelapan hidup. Tujuan sejati dari belajar bukan sekadar memperoleh pengetahuan, melainkan untuk membangun kehidupan — negara, masyarakat, dan peradaban — yang lebih adil, bijaksana, dan penuh rahayu.

Baca Juga: 

Makna Tembang Dolanan “Gundul-Gundul Pacul” dan “Prahu Cilik Lengkap

Filosofi Tembang Dhandhanggula dalam Ajaran Hidup Jawa Lengkap 

Analisis

Bila dicermati, ketiga tembang di atas tidak hanya memenuhi struktur macapat, tetapi juga menyiratkan keindahan harmoni antara bunyi, makna, dan rasa. Setiap larik memiliki keseimbangan antara jumlah suku kata dan vokal akhir, menciptakan irama lembut yang mudah diresapi saat dilagukan. 

Dalam seni macapat, keseimbangan seperti ini diyakini dapat menuntun pendengar untuk masuk ke suasana hening — momen kontemplatif di mana kata menjadi jalan menuju rasa.

Makna-makna yang terkandung di dalam tembang Gambuh berkelindan dengan nilai-nilai utama budaya Jawa:

  1. Rahayu: keseimbangan antara jasmani dan rohani.
  2. Rukun: kemampuan untuk menyatu tanpa kehilangan jati diri.
  3. Sinau: proses menjadi manusia utuh, yang eling lan waspada.

Dalam filosofi Jawa, ketiganya membentuk segitiga kebijaksanaan: ngerti, ngrasa, nglakoni. Seseorang ora cukup mung ngerti, nanging kudu ngrasa lan nglakoni supaya bisa nyampurnani uripé.


Makna Spiritual dan Relevansi Zaman Kini

Tembang Gambuh bisa dianggep minangka ajaran spiritual yang halus. Ia mengajarkan pentingnya manunggaling rasa kesatuan antara manusia dengan sesama, alam, dan Gusti. Keadaan dunia modern yang penuh persaingan, Gambuh memberi pesan penting, yaitu kerukunan lebih tinggi nilainya daripada kemenangan, keikhlasan lebih berharga daripada kemewahan.

Nilai-nilai ini sangat relevan dengan pendidikan karakter zaman kini. Gambuh bisa dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah, bukan sekadar pelajaran bahasa Jawa, tetapi juga sarana menumbuhkan empati, kejujuran, dan rasa hormat. Dalam masyarakat, tembang ini juga bisa menjadi jembatan lintas generasi: menghubungkan nilai tradisional dengan kehidupan modern tanpa kehilangan makna dasarnya.


Penutup

Tembang Gambuh adalah mutiara dalam samodra macapat. Ia mengajarkan manusia untuk nyawiji, sabar, jujur, lan welas asih.

  • Tembang Rahayu mengajak kita untuk selalu ingat pada asal dan tujuan hidup.
  • Tembang Rukun mengajarkan kita untuk merasakan makna persaudaraan sejati.
  • Tembang Sinau memberi pelajaran agar kita tidak hanya menjadi orang pintar, tetapi juga menjadi orang yang benar.

Ing tengahing zaman sing serba rame lan gupuh iki, tembang Gambuh nyuwara lirih nanging jero:

“Sapa sing sabar lan rukun, bakal tinemu rahayu lan katentreman sejati.”

Mugi tembang iki ora mung dadi warisan sastra, nanging uga dadi laku urip — piwulang tumrap sapa wae sing ngudi kawruh lan katentreman batin.

Tembang Gambuh ora mung kanggo didendhangaké, nanging kanggo dirasakaké.

Penulis: Mas Jangkung Sugiyanto

Sumber: Jangkung Laras Indonesia — Warisan Budaya Jawa, Jiwa dan Rasa Nusantara.