Makna Tembang Dolanan “Gundul-Gundul Pacul” dan “Prahu Cilik Lengkap
Tembang Dolanan “Gundul-Gundul Pacul” dan “Prahu Cilik” Lengkap Terjemahan, dan Makna
Salam budaya, salam sejahtera para pembaca, kali ini saya akan memberikan artikel, tentang lagu dolanan dengan judul Gundul-gundul pacul dan Perahu Cilik. Lagu dolanan ini berasal dari Jawa Tengah, dan sering diajarkan dalam pendidikan generasi muda. Kita akan kupas, makna, terjemahan dan pesan yang terkandung, juga apakah lagu ini relevan untuk jaman sekarang?. Berikut ini penjelasan lagu anak atau tembang dolanan contoh atau tuladha asli dari Jawa.
Pendahuluan
Tembang dolanan sering dianggap sekadar lagu anak dan kini juga hampir jarang di ajarkan, lama kelamaan hanya akan jadi tembang kenangan. Namun pada hakikatnya, ia menyimpan makna yang dalam, yaitu tentang etika sosial, kritik halus, dan kearifan hidup. Dua di antara contoh adalah : “Gundul-Gundul Pacul” dan “Prahu Cilik”. Lagu ini memberi cermin yang berbeda, tapi tetap satu tujuan. Satu menegur kesombongan kekuasaan, yang lain menyalakan harapan sederhana yang jernih.
Tembang, Contoh , Lirik, Terjemahan Makna
1) Gundul-Gundul Pacul
Gundul-gundul pacul, cul gembelengan,
Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan,
Wakul nglempang, segane dadi sak-latar,
Wakul nglempang, segane dadi sak-latar.
Terjemahan
Kepala tak mempunyai rambut, gundul dan bergoyang-goyang,
Membawa bakul (wakul) sambil menari,
Bakulnya jatuh, nasi tumpah berceceran,
Bakulnya jatuh, nasi tumpah berceceran.
Makna
Di balik lirik yang riang, tembang ini menegaskan suatu pesan agung, yaitu menjelaskan tentang kekuasaan yang dipegang tanpa keahlian adalah suatu awal dari kerusakan. Gundul-gundul pacul itu adalah gambaran seseorang yang mendapatkan jabatan tapi tidak mempunyai keahlian dalam jabatan atau pekerjaan itu. Nyunggi wakul jabatan itu adalah kewajiban atau tanggung jawab yang dibawa oleh orang tersebut. Namun dengan rasa sombong dan merasa mampu, merasa pintar, akhirnya sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya itu menjadi rusak atau tidak berjalan dengan baik.”
Dalam simbol tembang, gundul menggambarkan kepala bukan hanya indah jika mempunyai rambut. Makna yang dalam, atasan / pejabat kosong pengetahuan dan rasa. Pacul (cangkul) adalah sarana atu alat kerja, lambang pengabdian dan tanggung jawab kendali. Nyunggi wakul ialah memikul amanah publik. Saat pembawa amanah gembelengan (seenaknya), bersenang-senang dan lupa akhirnya terlena, tak berhati-hati, maka wakul nglempang. Wadah jatuh dan rusak berakibat sega dadi sak latar (tumpah memenuhi halaman). Kesejahteraan akhirnya menjadi terganggu.
Gambaran Luas
“Kalau dalam gambaran saya itu suatu pejabat tinggi di suatu negeri. Dan akhirnya semena-mena dengan tanggung jawabnya, akhirnya semuanya rusak. Kemudian masyarakat, warganya, rakyatnya akhirnya turun ke lapangan atau menghadap ke pemerintahan untuk menyampaikan sesuatu.”
Tembang ini, dengan bahasa anak-anak, merangkum siklus yang sering kita saksikan. Jabatan dijalankan tanpa keahlian menuju arah sombong kemudiantanggung jawab retak. Pesannya tegas dan membumi adalah, jabatan bukan hadiah namun ia amanah yang menuntut ilmu disertai dengan tinsakan nyata (laku), dan kerendahan hati (andhap asor).
2) Prahu Cilik
Cakepan Tembang
Aku nduwé dolanan sing lucu,
Prahu cilik tak kelek ke mbanyu,
Besok gedhé dadi tukang prahu,
Bayarané, satus sewidak ewu
Terjemahan Bebasan
Aku punya mainan yang lucu,
Perahu kecil kubawa menyusuri air,
Kelak saat besar ingin jadi pembuat perahu,
Upahnya besar, seratus enam puluh ribu
Makna
Jika “Gundul-Gundul Pacul” menegur kesombongan, “Prahu Cilik” menyodorkan ketulusan dan cita-cita sederhana. Anak kecil memegang perahu mainannya, membayangkan masa depan yang mungkin tampak biasa, tetapi penuh kegigihan. Ia sadar: bayaran banyak, namun keadaan bisa saja terjadi hambatan, namun semangat dan keikhlasan membuat kerja tetap bermakna. Makna dari kerja keras dan pengalaman akan memuaskan pada akhirnya. Menandakan perjuangan tidak akan sia, sia asal kita selalu semangat dengan harapan besar.
Baca : Tembang Gambuh Dengan Penjelasan, Contoh, dan Makna Lengkap Terjemahan
Kesimpulan Poin
Pesan dan nilai yang terkandung dalam tembang tembang ini, saya rangkum padat dan beisi, yaitu :
- Kesederhanaan yang berdaya dalam lirik perahu kecil pun bisa mengantar mimpi.
- Profesionalisme sejak dini dalam cakepan “besok gede dadi tukang prahu” bukan mimpi kosong; itu visi yang dibangun dari permainan, rasa ingin tahu, dan kerja.
- Legawa yang cerdas dan menerima keterbatasan tanpa menyerah. Tetap belajar memperbaiki “perahu” kita, dalam perjalanan hidup harus berkembang dan berubah lebih baik dari hari ke hari.
Dua Lagu, Satu Pelajaran Besar
- “Gundul-Gundul Pacul”: teguran untuk kekuasaan—jangan nyunggi jabatan tanpa ilmu, jangan gembelengan.
- “Prahu Cilik”: bekal untuk rakyat—tetap jujur, sederhana, tekun; besarkan keahlian, bukan gengsi.
Ditarik dalam satu garis, keduanya mempunyai nilai untuk kehidupan kita, diantaranya adalah membentuk etika sosial, dan apapun pekerjaan namun harus disangga keahlian dan ilmu. Sementara kehidupan rakyat diharapkan tumbuh dari kerja jernih dan hati yang ikhlas.
Ketika pemangku jabatan merendah untuk belajar, dan rakyat mendapatkan ruang untuk bekerja dengan tenang, wakul tegak sega tidak tumpah. Masyarakat pun tak perlu “turun ke lapangan” menagih janji; pemerintahan dan warga saling menyanggah seperti lambung perahu dan airnya.
Ringkas Praktis
Dengan lagu atau tembang ini kita bisa mengajarkan kepada generasi muda untuk juga membangun karakter.
Ajak anak menyanyikan dua tembang ini sambil berdiskusi:
“Kalau memegang tugas di rumah, bagaimana supaya ‘wakul’ tidak miring?”
“Kalau punya ‘prahu kecil’ (minat/hobi), apa langkah kecil hari ini?”
Koneksikan dengan keseharian: menepati jadwal, menjaga barang bersama, bergiliran tugas—kecil tapi konkret. Tekankan keahlian di atas gengsi dan selalu belajar, disiplin, konsisten, dan terbuka pada kritik.
Penutup
Tembang dolanan bukan sekadar nostalgia, akan tetapi bahasa pendidikan yang lembut. Dalam “Gundul-Gundul Pacul”, kita diingatkan: amanah tanpa keahlian akan menumpahkan berkah. Dalam “Prahu Cilik”, kita dikuatkan, cita-cita sederhana yang tekun akan menumbuhkan masa depan. Pada akhirnya, yang sombong mudah tergelincir; yang ikhlas lebih mudah bertahan dan itu, mungkin, adalah pelajaran paling membumi yang terus kita butuhkan hari ini.
